Jumat, 23 Januari 2015

Makalah Penyakit Sporotrikosis



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas tentang Penyakit Sporotrikosis .
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ssemua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik dari pembaca sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan mamfaat bagi kita sekalian.


                                                                                             


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Sporotrikosis adalah infeksi kronik yang disebabkan oleh Sporothrix schenckii. Tanda-tanda infeksi termasuk nodul subkutan supuratif yang berkembang secara proksimal sepanjang aliran limfatik (limfokutaneus sporotrikosis). Infeksi paru primer (sporotrikosis pulmonal) atau inokulasi langsung ke dalam tendon atau otot jarang timbul. Sporotrikosis osteoartikular muncul dari inokulasi langsung atau persemaian hematogen. Penyebaran infeksi yang muncul dengan penyebaran lesi kutan dan keterlibatan beberapa organ dalam jarang terjadi, hal ini seringnya pada pasien dengan AIDS.5,10
Siapapun dapat terinfeksi penyakit ini, tapi orang yang bekerja dengan tanaman berduri, lumut sphagnum, atau bal jerami yang terkontaminasi dengan jamur ini, berada pada resiko tinggi. Karenanya, infeksi lebih sering diantara tukang kebun yang bekerja dengan mawar, lumut, jerami dan tanah. Jamur ini ditemukan di tanah dan lumut sphagnum, jerami dan bahan-bahan tumbuhan lain. Sporotrikosis berkembang lambat – gejala pertama muncul dalam 1-12 minggu (rata-rata 3 minggu) setelah pemaparan pertama oleh jamur. Sporotrikosis terutama mempengaruhi kulit dan daerah dekat pembuluh limfatik.






B.       Rumusan Masalah
*             Pengertian penyakit sporotrikosis
*             Gejala penyakit sporotrikosis
*             Penyebab penyakit sporotrikosis
*             Epidemologi
*             Pathogenesis
*             Gambaran klinis















BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian sporotrikosis
Sporotrikosis adalah infeksi jamur kronis pada kutis atau subkutis dengan cirri khas lesi berupa nodus yang supuratif sepanjang aliran getah bening. Sporotrikosis osteoartikular muncul dari inokulasi langsung atau persemaian hematogen. Penyebaran infeksi yang muncul dengan penyebaran lesi kutan dan keterlibatan beberapa organ dalam jarang terjadi, hal ini seringnya pada pasien dengan AIDS.
Siapapun dapat terinfeksi penyakit ini, tapi orang yang bekerja dengan tanaman berduri, lumut sphagnum, atau bal jerami yang terkontaminasi dengan jamur ini, berada pada resiko tinggi. Karenanya, infeksi lebih sering diantara tukang kebun yang bekerja dengan mawar, lumut, jerami dan tanah. Jamur ini ditemukan di tanah dan lumut sphagnum, jerami dan bahan-bahan tumbuhan lain. Sporotrikosis berkembang lambat – gejala pertama muncul dalam 1-12 minggu (rata-rata 3 minggu) setelah pemaparan pertama oleh jamur. Sporotrikosis terutama mempengaruhi kulit dan daerah dekat pembuluh limfatik.
B.       Gejala Sporotrikosis
Infeksi kulit dan pembuluh getah bening di sekitarnya, biasanya dimulai pada jari-jari tangan dengan nodul (benjolan) kecil-kasar yang secara perlahan membesar dan membentuk sebuah luka.
Setelah beberapa hari atau minggu, infeksi menyebar melalui pembuluh getah bening di tangan dan lengan menuju ke kelenjar getah bening, membentuk nodul-nodul dan luka.
Biasanya penderita tidak mengalami gejala yang lainnya. Infeksi paru-paru dapat menimbulkan pneumonia, dengan nyeri dada ringan dan batuk, biasanya terjadi pada penderita penyakit paru-paru seperti emfisema. Infeksi juga bisa mengenai tulang, sendi, otot atau mata. Dan kadang menyerang limpa, hati, ginjal, alat kelaminl atau otak.
C.      Penyebab Penyakit Sporotrikosis
Jamur Sporothrix schenckii merupakan penyebab dari penyakit ini yaitu penyakit sporotrikosis yang memilki ciri khas berupa nodul dan aliran getah bening dan biasanya penyakit ini menyerang para petani dan tukang kebun karen penyakit ini hidup pada semak-semak bunga mawar, jerami dan hewan dan juga tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk. Spora jamur ini biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit terutama pada saat luka akan menyebabkan cepatnya masuk penyakit.
D.      Epidemologi
Sporothrix schenckii dapat dijumpai di seluruh dunia. Sporotrikosis terutama dijumpai di negara tropis, dimana kelembaban dan temperatur yang tinggi mendukung pertumbuhan jamur.
Infeksi muncul pada negara yang memiliki 2 musim dan beriklim tropis. Bisa dijumpai di utara, selatan, tengah Amerika termasuk bagian selatan USA dan Meksiko. Negara yang lain seperti Afrika, Eropa, Jepang dan Australia. Negara-negara yang memiliki angka infeksi yang tinggi seperti : Meksiko, Brazil dan Afrika Selatan. Bagaimanapun, kadang-kadang daerah yang hiperendemis memiliki kasus yang luas, di USA infeksi paling banyak terjadi di bagian tengah lembah sungai. Infeksi sekarang ini jarang dijumpai di Eropa. Di alam, jamur tumbuh di daun sayur-sayuran busuk, kayu-kayu busuk, gigi tikus, paruh burung. Meskipun biasanya kasus ini menyebabkan infeksi yang sporadis, sporotrikosis mengenai kelompok pekerja yang terpapar langsung dengan organisme, tukang kebun, pekerja hutan dan orang yang suka berekreasi dengan bersentuhan langsung dengan tumbuh-tumbuhan tersebut. Organisme ini biasanya masuk ke kulit melalui trauma luka.
E.       PATOGENESIS
Sporothrix schenckii dijumpai di tanah, kayu dan tumbuh-tumbuhan. Jamur ini terutama tumbuh baik di tanah yang kaya akan bahan organik. Pada lingkungan yang hangat dengan kelembaban tinggi, jamur juga dapat tumbuh pada tumbuhan dan pohon bark. Kebanyakan kasus Sporotrikosis didapat dari lingkungan, sebagai akibat dari kontak antara kulit yang luka dengan spora jamur. Luka penetrasi dari tumbuhan mati dan bahan lain seperti serpihan kayu, lumut sphagnum, duri atau rumput kering sering menjadi infeksi. Gigitan, garukan, cakaran dan sengatan dari beragam binatang, burung dan serangga dapat juga menginokulasikan organisme ke dalam luka melalui spora yang terbawa di permukaan tubuh. Jarang, inhalasi menyebabkan penyakit dalam bentuk pulmonal.
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan. Spora masuk melalui luka. Mula-mula timbul papula atau nodula subkutan, disusul pembengkakan proksimal dari lesi (sesuai aliran getah bening). Papula atau nodula tersebut kemudian pecah membentuk ulkus granulomatosa disertai peradangan pembuluh limfe yang menyebar mengikuti aliran pembuluh limfe.
F.       GAMBARAN KLINIS
Secara klinis ada 3 tipe sporotrikosis : 
              Tipe limfokutan
Bentuk ini paling sering dijumpai. Bentuk klasik dimulai dengan papula merah muda dan tidak sakit, pustula dan nodus yang kemudian mengalami ulserasi dengan dasar nekrosis di daerah inokulasi, disebut sebagai Sporotrikosis chancre. Infeksi kemudian meluas mengikuti aliran getah bening secara asenden dan membentuk satu rantai nodus subkutan yang keras seperti tali dalam waktu beberapa minggu.
Pada tipe ini infeksi terbatas pada kulit, pembuluh getah bening dan jaringan subkutan. Bila terjadi penurunan imunitas akan terjadi infeksi sistemik. Infeksi primer terjadi pada daerah ekstremitas dan letaknya unilateral. Bila inokulasi primer terjadi pada daerah wajah, akan terbentuk nodus satelit akibat penyebaran melalui pembukuh getah bening yang arahnya berbeda-beda. Lesi ini selalu melibatkan ekstremitas, khususnya tangan dan lengan.
  • Fixed cutaneous sporotrichosis
Biasanya terlihat pada area geofrafis dimana sporotrikosis endemis dan orang mempunyai derajat imunitas yang tinggi. Infeksi hanya terbatas pada daerah inokulasi dan tidak melibatkan pembuluh getah bening. Gambaran klinis sangat bervariasi, antara lain dapat berupa krusta tebal yang menutupi ulkus, erosi, pioderma, papula yang mengalami infiltrasi dan plak menyerupai sarkoid, plak verukosa, plak psoriasis dan selulitis muka. Sering dijumpai lesi satelit kecil-kecil. Daerah yang paling sering terkena infeksi adalah muka, leher dan badan.
  • Sporotrikosis diseminata
Bentuk ini jarang dijumpai dan dapat mengenai tulang, sendi, mukosa (mulut, hidung, mata), susunan saraf pusat (meningen), ginjal, hati, usus dan genitalia. Pada beberapa kasus Sporothrix schenckii menyebar dari lesi kutan, sementara peyebaran yang lain muncul tanpa tanda-tanda kutan.













DAFTAR PUSTAKA

1.        Gupte, S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Alih bahasa Julius ES. Binarupa Aksara. Edisi III.
2.        Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI, “Mikrobiologi Kedokteran”, P.T. Binarupa Aksara, Jakarta, 1993.




Makalah Penyakit Gondok

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Mump atau penyakit gondok telah dilaporkan hampir di seluruh belahan dunia, demikian juga di Indonesia resiko anak terkena gondok mungkin masih tinggi. Gondok masih endemik di banyak negara di seluruh dunia, sedangkan vaksin MMR digunakan hanya 57% dari negara-negara yang menjadi anggota Organisasi Kesehatan Dunia, terutama di Negara-negara maju. Dalam Inggris dan Wales, sebuah epidemi gondok yang dimulai pada 2005, telah dilaporkan 56.390 kasus kematian.
Penyakit Gondok atau dalam dunia kedokteran dikenal sebagai parotitis atau Mumps adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah.

Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-14 tahun. Peningkatan kasus yang besar biasanya didahului pada penularan di tempat sekolah. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya

Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh. Kematian karena penyakit gondong jarang dilaporkan. Hampir sebagian besar jkasus yang fatal justru terjadi pada usia di atas 19 tahun.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi dari penyakit gondok ?
2. Bagaimana penyebab penyakit gondok ?
3. Bagaimana gejala penyakit gondok ?
4. Bagaimana penularan penyakit gondok ?
5. Bagaimana diagnosis penyakit gondongk ?
6. Bagaimana pengobatan penyakit gondok ?
7. Bagaimana pencegahan penyakit gondok ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit gondok.
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit gondok.
3. Untuk mengetahui gejala penyakit gondok.
4. Untuk mengetahui penularan penyakit gondok.
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari Mumps virus.
6. Untuk mengetahui morfologi dari Mumps virus.
7. Untuk mengetahui diagnosis penyakit gondok.
8. Untuk mengetahui pengobatan penyakit gondok.
9. Untuk mengetahui pencegahan penyakit gondok.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Penyakit Gondok

Penyakit Gondok (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah.

Penyakit gondok tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya.

B. Penyebab

Penyakit ini disebabkan oleh virus Mumps yaitu virus berjenis RNA virus yang merupakan anggota famii Paramyxoviridae dan genus Paramyxovirus. Terdapat dua permukaan glikoprotein yang terdiri dari hemagglutinin-neuraminidase dan fusion protein. Virus Mumps sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet.

C. Gejala

Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut.

Masa tunas (masa inkubasi) penyakit gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sdebagai berikut :

  1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38.5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian
  2. belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).
  3. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan.
  4. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
  5. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.

D. Penularan

Penyakit Gondok (Mumps atau Parotitis) penyebaran virus dapat ditularkan melalui kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari keempat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar.

Penyakit gondok sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun, hal tersebut karena umumnya mereka masih memiliki atau dilindungi oleh anti bodi yang baik. Seseorang yang pernah menderita penyakit gondongan, maka dia akan memiliki kekebalan seumur hidupnya.

E. Diagnosis

Diagnosis dtegakkan hanya secara klinis. Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi parotitis epidemika pada pemeirksaan fisis, termasuk keterangan adanya kontak dengan penderita penyakit gondok (Mumps atau Parotitis) 2-3 minggu sebelumnya. Selain itu adalah dengan tindakan pemeriksaan hasil laboratorium air kencing (urin) dan darah.

1. Pemeriksaan Laboratorium

Mengingat penegakan diagnosis hanya secara klinis, maka pemeriksaan laboratorium tidak terlalu bermanfaat. Pemeriksaan laboratorium didapatkan leucopenia dengan limfosiotsis relative, didapatkan pula kenaikan kadar amylase dengan serum yang mencapai puncaknya setelah satu minggu dan kemudian menjadi normal kembali dalam dua minggu.
Jika penderita tidak menampakkan pembengkakan kelenjar dibawah telinga, namun tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit gondok sehingga meragukan diagnosa. Dokter akan memberikan anjuran pemeriksaan lebih lanjut seperti serum darah. Sekurang-kurang ada 3 uji serum (serologic) untuk membuktikan spesifik mumps antibodies: Complement fixation antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor antibodies (HI), Virus neutralizing antibodies (NT).

Hampir semua anak yang menderita gondok akan pulih total tanpa penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.

2. Komplikasi yang dapat terjadi adalah:

  1. Orkitis : peradangan pada salah satu atau kedua testis dilaporkan terjadi pada 10-20% penerita.. Setelah sembuh, testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen sehingga terjadi kemandulan.
  2. Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus. Timbul nyeri perut yang ringan dan jarang menyebabkan kemandulan.
  3. Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak. Meningitis lebih sering terjadi daripada ensefalitis. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. Gejala yang dapat terjadi adalah sakit kepala, demam, mual, muntah, dan meningismus. Ditandai perubahan kesadaran atau gangguan kesadaran. Pleocytosis yang terjadi pada cairan sumsum tulang. Dalam klinis didiagnosis meningoencephalitis, yaitu gambaran cairan sumsum tulang mononuclear pleocytosis yang terjadi, gukosa tidak normal dan hypoglycorrhachia. Virus gondok mungkin terisolasi dari cairan sumsum tulang pada awal penyakit. Gondok meningoencephalitis membawakan prognosa yang baik dan biasanya dikaitkan dengan pemulihan yang baik. Tetapi 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami enserfalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
  4. Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total.
  5. Nefritis atau Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita mengeluarkan air kemih yang kental dalam jumlah yang banyak.
  6. Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau beberapa sendi:

  • Transient myelitis
  • Polineuritis
  • Infeksi otot jantung atau miokarditis
  • Infeksi kelenjar tiroid
  • Thrombocytopenia purpura
  • Mastitis atau peradangan payudara
  • Pnemonia atau Infeksi paru-paru ini juga pernah dilaporkan sebagai komplikasi pada penderita penyakit gondong.
  • Gangguan sensorineural telinga dan gangguan pendengaran

F. Pengobatan

Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas dan nyeri (antipiretik dan analgesik) misalnya Parasetamol dan sejenisnya, Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye (bisa karena pengaruh aspirin pada anak-anak).

Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani istirahat tirah baring ditempat tidur. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan kompres Es pada area testis yang membengkak tersebut.

Penderita yang mengalami serangan virus apada organ pancreas (pankreatitis), dimana menimbulkan gejala mual dan muntah sebaiknya diberikan cairan melalui infus.

Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis. Terhadap virus itu sendiri tidak dapat dipengaruhi oleh anti mikroba, sehingga Pengobatan hanya berorientasi untuk menghilangkan gejala sampai penderita kembali baik dengan sendirinya.

Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam “self limiting disease” (penyakit yg sembuh sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan diet makanan cair dan lunak. Pemberian imunomodulator belum terdapat laporan penelitian yang menunjukkan efektifitasnya.

G. Pencegahan

Vaksinasi gondok merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak. Vaksin gondong biasanya terdapat dalam bentuk kombinasi dengan measles dan rubella (MMR), yang disuntikkan melalui otot paha atau lengan atas.

Vaksin MMR diberikan secara kombinasi dan dipisahkan sekurang-kurangnya 28 hari. Dosis pertama diberikan pada usia antara 12 dan 15 bulan, dosis yang kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Jika dosis yang kedua ini lupa diberikan pada usia tersebut, dapat diberikan sebelum usia 12 tahun (Wilson, 2001). Vaksin MMR adalah cara terbaik untuk mencegah gondong. Cara lain yang dapat dilakukan untuk mencegah gondong adalah mengajarkan pola hidup bersih kepada anak seperti mencuci tangan dengan baik dan menggunakan sabun serta membersihkan permukaan meja, gagang pintu, mainan yang sering disentuh secara teratur dengan menggunakan sabun dan air, atau dengan menggunakan tisu pembersih.









BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Mumps atau gondok disebabkan oleh paramyxovirus. Sebelum vaksin sekitar 50% anak-anak mengalami gondok. Sekitar 200.000 kasus yang dilaporkan pada tahun 1964 sebelum pengenalan vaksin dibandingkan dengan 291 kasus pada tahun 2005. Gejala yang terjadi pada penyakit Mumps adalah meningkatnya suhu tubuh dan rasa ketidaknyamanan pada rahang, kemudian disertai dengan pembengkakan kelenjar parotis. Seringkali terjadi pembengkakan yang tidak merata, satu sisi wajah dahulu sebelum sisi yang lainnya. Suhu tubuh akan naik menjadi 40°C dan bengkaknya terasa nyeri.

Pencegahan penyakit gondok yang terbaik adalah dengan vaksin yang biasanya terdapat dalam bentuk kombinasi dengan measles dan rubella (MMR). Cara lain yang dapat dilakukan yaitu : mencuci tangan dengan baik dan menggunakan sabun, mengajarkan pola hidup bersih kepada anak, tidak membagi peralatan makan, membersihkan permukaan meja, gagang pintu, mainan yang sering disentuh secara teratur dengan menggunakan sabun dan air, atau dengan menggunakan tisu pembersih. Tidak ada pengobatan khusus untuk gondong. Demam dapat dikurangi dengan pemberian acetaminophen/paracetamol (thylenol).

B. Saran

Jagalah kesehatan yang telah diberikan oleh Tuhan sebagai anugrah terbesar sehingga kita terhindar dari Mumps virus yang dapat menyebabkan penyakit gondok dan dapat mengganggu aktifitas kita sehari-hari dengan melakukan pencegahan di secara dini dan jangan lupa menjaga kebersihan baik dari badan, tempat, maupun pakaian karena dengan kebersihan semoga kita terhindar dari virus tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

1. Sudibjo, HR, “Jurnal Kedokteran YARSI”, Vol.4 No. 1 Jakarta, 1996, Januari.
2. Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol.1. Jakarta : EGC.
3. Soepaman, Sarwono Waspadji. 2001. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Kamis, 22 Januari 2015

Makalah Prakiraan Dan Evaluasi Dampak



BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Dampak lingkungan hidup adalah perubahan pada lingkungan hidup (bersifat + atau -) yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan. Oleh karena itu dampak Iingkungan tidak sama dengan perubahan lingkungan yang direncanakan yang merupakan tujuan atau sasaran pembangunan. Supaya analisis dampak tersebut dapat dipercaya, maka dampak hipotetisnya ditentukan terlebih dahulu.
Dampak dapat bersifat negatif maupun positif, demikian pula dari besarannya dapat bersifat penting atau tidak. Terdapat kecenderungan untuk menganggap dampak hanya sebagai dampak negatif dan tidak memperhatikan dampak positif, bahkan umumnya dampak positif diabaikan. Oleh karena itu dalam banyak buku terdapat bagian atau bab yang menguraikan tentang penanganan dampak (mitigation of Impact), yang secara implisit mengandung arti dampak negatif. Tetapi sebaliknya tidak mengandung bagian yang menguraikan tentang usaha untuk mengelola dampak dengan memperbesar dampak positif. Oleh karena itu, sebaiknya ada perhatian yang seimbang antara dampak negatif dan positif.
Penilaian dampak merupakan pertimbangan nilai (value judgment) dan karena itu berisfat subyektif, meski penilaian itu dilakukan oleh pakar sekalipun. Karenanya potensi konfl ikakan mungkin terjadi. Karena itu seyogyanyaANDALmencakup pula usaha untuk mengatasi, atau paling tidak memperkecil konfl ik tersebut seperti dengan mengembangkan metode perundingan (negotiation) (Carpenter, 1983; Dostson,1983; dan John, 1986).
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) merupakan salah satu alat pengelolaan lingkungan hidup yang digunakan secara efektif di Indonesia. AMDAL mulai diatur secara resmi melalui Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang AMDAL, kemudian diubah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 dan disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999. AMDAL merupakan alat bantu pengambilan keputusan yang digunakan oleh Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota dalam menentukan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan suatu rencana usaha dan atau kegiatan. Untuk itu, kompetensi orang yang memberikan masukan kepada pengambil keputusan perlu ditingkatkan dan distandardisasi, antara lain melalui pelatihan penilaian AMDAL.
B.            Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana cara memprakirakan dampak lingkungan?
2.    Bagaimana cara prakiraan dari suatu kegiatan manusia?
3.    Bagaimana cara mengevaluasi dampak lingkungan ?
C.           Tujuan
1.      Memahami cara-cara prakiraan dampak penting secara formal maupun non formal.
2.      Menggunakan menilai metode dan teknik prakiraan dampak yang digunakan dalam dokumen AMDAL untuk setiap parameter lingkungan yang terkena dampak
3.      Memahami cara-cara penetapan tingkat kepentingan dampak lingkungan
D.           Mamfaat
Adapun manfaat daripada penulisan makalah ini, diharapkan dapat:
1.    Dijadikan sebagai pedoman penulisan makalah mahasiswa yang lain.
2.    Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang prakiraan dampak dan evaluasi dampak dalam AMDAL.



BAB II
PEMBAHASAN
A.           Pengertian Dampak Lingkungan
Dampak lingkungan dapat diartikan sebagai perubahan yang dialami oleh suatu komponen lingkungan tertentu pada ruang dan waktu tertentu sebagai akibat adanya kegiatan tertentu. Kegiatan ini dapat bersifat alami, seperti letusan gunung merapi, gempa bumi, semburan gas beracun dari kawah dan lain sebagainya, yang pada dasarnya mengakibatkan perubahan yang cukup mendasar pada lingkungan disekitarnya. Kegiatan yang menimbulkan dampak juga dapat disebabkan oleh kegiatan manusia, seperti misalnya pembangunan industri pupuk, pembangunan waduk, atau pembangunan pemukiman transmigrasi.
Dalam proses AMDAL dampak lingkungan yang dikaji adalah dampak lingkungan yang akan timbul akibat adanya kegiatan yang direncanakan oleh manusia, yang dalam hal ini sering diistilahkan sebagai (proyek) pembangunan. Di dalam analisis dampak lingkungan dikenal dua jenis pengertian atau batasan tentang dampak lingkungan, yakni (Soemarwoto, 1988):
a.       Dampak (proyek) pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara kondisi lingkungan sebelum ada proyek dan yang diprakirakan akan terjadi setelah ada (proyek) pembangunan,
b.      Dampak pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara kondisi lingkungan yang diprakirakan akan terjadi tanpa adanya (proyek) pembangunan dan yang diprakirakan akan terjadi dengan adanya (proyek) pembangunan tersebut.
Secara umum dampak lingkungan dikategorikan atas dampak primer dan dampak sekunder. Dampak primer umumnya timbul sebagai akibat adanya pengunaan bahan baku/input produksi  dan atau kegiatan konstruksi suatu proyek. Sedang dampak sekunder umumnya timbul sebagai akibat adanya proses atau produk (product) dari rencana kegiatan. Dampak primer umumnya relatif lebih mudah diukur, sedang dampak sekunder lebih sulit. padahal umumnya dampak sekunder inilah yang sering lebih nyata (signifi cant) dibandingkan dengan dampak primer. Sebagai contoh, dampak primer suatu kegiatan adalah perubahan komposisi jenis vegetasi, namun dampak sekundernya jenis satwa liar.
B.            Prinsip Dasar Prakiraan Dampak
Dalam studi ANDAL, prakiraan dampak merupakan suatu proses untuk menduga/mengantisipasi respon atau perubahan suatu kondisi lingkungan tertentu akibat adanya rencana kegiatan tertentu, yang berlangsung pada ruang dan waktu tertentu. Sebagai contoh dampak penambangan batubara terhadap vegetasi, erosi, kualitas air, dan pendapatan masyarakat. Terhadap kegiatan penambangan batubara tersebut masing-masing komponen lingkungan tersebut (vegetasi, erosi, kualitas air, pendapatan masyarakat) pada ruang dan waktu tertentu, memberi respon/perubahan yang berbeda-beda.  
Tampak bahwa dalam memprakirakan dampak lingkungan terkandung makna analisis prakiraan atas besaran dampak lingkungan (magnitude of impact). Dapat dikatakan prakiraan dampak merupakan salah satu titik kritis dalam proses penyusunan ANDAL. Sehingga prakiraan dampak merupakan “trade mark” dalam dokumen ANDAL, dan merupakan ciri pembeda dengan dokumen-dokumen riset lainnya. Dapat dipahami bila Beanlands dan Duinker (1983) menjuluki prakiraan dampak ini sebagai “urat Achilles” dari studi ANDAL.
Ada 3 (tiga) prinsip dasar yang perlu diketahui dalam melakukan prakiraan dampak lingkungan, termasuk dalam hal ini prakiraan dampak aspek sosial, yakni:
v Prinsip 1, Merujuk pada batasan tentang dampak lingkungan yang digunakan dalam AMDAL, maka prakiraan dampak lingkungan harus dilakukan dengan pendekatan “Dengan dan Tanpa Proyek”. Dengan pendekatan ini pakar ilmu sosial yang terlibat dalam penyusunan AMDAL tidak hanya memprakirakan kondisi sosial/ ekonomi/budaya yang akan terjadi bila ada proyek pembangunan, tetapi juga harus memprakirakan kondisi sosial/ekonomi/budaya bila tanpa ada proyek pembangunan. Ini sungguh merupakan suatu tantangan karena umumnya pakar ilmu sosial relatif lebih mengetahui perilaku perubahan sosial akibat adanya proyek pembangunan, ketimbang memprakirakan perubahan yang akan terjadi bila tanpa ada proyek pembangunan.
v Prinsip 2, Keterkaitan dengan dokumen Kerangka Acuan (KA). Prakiraan dampak lingkungan yang tertuang di dalam dokumen ANDAL harus difokuskan pada setiap komponen lingkungan yang menurut dokumen KA berpotensi mengalami perubahan mendasar. Sebagai misal, dalam dokumen KA teridentifi kasi bahwa 5 komponen aspek fi sik-kimia, 3 komponen aspek biota, dan 6 komponen aspek sosial diduga akan terkena dampak penting (berubah mendasar); maka prakiraan dampak harus difokuskan ke setiap komponen dari 14 komponen lingkungan yang tercantum di dalam dokumen KA. Apabila dalam studi ANDAL ternyata dijumpai bahwa hanya 12 komponen lingkungan yang berpotensi terkena dampak penting, sehingga berbeda dengan yang tercantum dalam dokumen KA, maka perbedaan tersebut perlu diutarakan/dibahas di dalam dokumen ANDAL.
v Prinsip 3, Keterkaitan antar komponen lingkungan yang terkena dampak. Mengingat dampak lingkungan pada dasarnya saling terkait dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain (lihat Lembar Informasi 3 dari bahan ajar 1, tentang Karakteristik Dampak Sosial); maka dalam melakukan prakiraan dampak hal ini harus diperhatikan benar karena analisa dilakukan oleh tenaga ahli yang bidangnya berbeda-beda. Disinilah peranan Ketua Tim Studi AMDAL: senantiasa menjaga keterkaitan antar dampak lingkungan yang ditelaah.



C.           Lingkungan Kajian Prakiraan Dampak
Dalam prakiraan dampak lingkungan terkandung dua macam kajian, yakni:
a.       Prakiraan atas seberapa besar perubahan atau dampak lingkungan (magnitude of impact) yang akan timbul sebagai akibat adanya proyek.
b.      Evaluasi atas mendasar tidaknya atau penting tidaknya dampak lingkungan yang akan timbul bagi kehidupan sosial, ekonomi, budaya, kesehatan dan ekologi.
Kajian yang pertama pada dasarnya bertujuan untuk menjawab pertanyaan: apakah dampak yang akan timbul berskala besar atau kecil (big or little magnitude of impact), dan bersifat positif atau negatif? Sedangkan kajian yang kedua berkenaan dengan seberapa jauh perubahan atau dampak lingkungan yang akan timbul itu bersifat penting atau mengubah secara mendasar aspek-aspek tertentu dari kehidupan sosial, ekonomi, budaya, kesehatan dan ekologi. Dengan perkataan lain kajian tentang penting dampak berkenaan dengan sejauh mana kepentingan manusia dan kepentingan kehidupan ekologi berubah mendasar sebagai akibat adanya proyek.
D.           Prakiraan (Besar) Dampak
Berdasarkan Prinsip Pertama tersebut, maka untuk mengetahui seberapa besar dampak lingkungan yang akan timbul pada dasarnya harus diukur selisih antara:
ü  Kondisi lingkungan sosial tertentu yang diprakirakan akan terjadi di waktu mendatang sebagai akibat adanya proyek (sebagai misal, tingkat pendapatan penduduk sekitar proyek tujuh tahun setelah proyek beroperasi) Kondisi lingkungan yang diprakirakan akan terjadi di ruang dan waktu tertentu tanpa adanya kegiatan proyek (sebagai misal, tingkat pendapatan penduduk pada tujuh tahun mendatang bila tidak ada proyek). Untuk memudahkan prakiraan kondisi lingkungan tanpa proyek di masa mendatang, umumnya para penyusun AMDAL mengasumsikan kondisi lingkungan di masa mendatang dipandang sama atau konstan dengan situasi sebelum ada proyek.
Hal lain yang perlu diketahui adalah, prakiraan dampak sangat terkait dengan dimensi ruang dan waktu berlangsungnya dampak. Sehingga dapat dikatakan dampak lingkungan suatu rencana usaha/kegiatan bersifat unik dan khas, yakni hanya berlaku untuk ruang dan waktu tertentu akibat aktivitas tertentu dari rencana usaha/kegiatan.
Sehingga dalam konteks prakiraan dampak aspek sosial harus dapat dianalisis:
1.         Siapa yang terkena dampak (who are going to be aff ected). Siapa menunjuk pada berapa orang yang terkena, ciri-ciri mereka bagaimana (umur, pekerjaan, tingkat kerentanan dan sebagainya). Siapa disini juga bisa menunjukkan satuan analisa: individu, keluarga atau masyarakat.
2.         Dalam bentuk apa (in what way) mereka terkena dampak. Misalnya, penduduk yang tinggal disepanjang rute menuju ke proyek, akan terkena dampak dari aktivitas transportasi peralatan. Aktivitas ini akan menimbulkan bising dan debu.
3.         Berapa lama dampak itu berlangsung. Dampak bising dan debu akan berlangsung selama masa konstruksi. Penyusun studi bisa menghitung berapa lama masa konstruksi itu berjalan.
Langkah prakiraan atau “proyeksi” sangat dekat dengan pelingkupan dan identifi kasi rona lingkungan. Dalam pelingkupan, para peneliti menentukan ruang lingkup studi (space and time boundaries, key topics dan unit of analysis) melalui pengkajian kegiatan proyek dan kondisi masyarakat. Jika para peneliti telah melakukan dua proses ini dengan baik, tahap prakiraan dampak akan mudah dilakukan. Prakiraan dampak lingkungan memiliki perbedaan yang mendasar dengan evaluasi dampak lingkungan. Bila dalam prakiraan dampak lingkungan yang diteliti adalah: respon atau perubahan setiap komponen lingkungan lingkungan yang berpotensi terkena dampak, maka dalam evaluasi dampak lingkungan yang dikaji adalah totalitas respon dari berbagai komponen lingkungan yang pada ruang dan waktu tertentu terkena dampak dari proyek.   
E.            Evalusi Dampak
Evaluasi dampak sering diartikan sebagai penilaian terhadap sesuatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah baik kimia, fisik maupun biologi.
Dampak dapat dievaluasi secara informal dan formal
a)        Metode Informal
Metode Informal yang sederhana ialah dengan memberi nilai variabel, misalnya kecil, sedang, dan besar. Cara lain ialah dengan memberi skor, misalnya dari 1 (satu) sampai 5 (lima) tanpa patokan yang jelas. Namun metode ini tidak memberi pegangan cara untuk mendapatkan nilai penting dampak. Karena itu disinipun terjadi fluktuasi yang besar antara anggota tim dan pemberian nilai. Kadar subyektivitas evaluasi itu tinggi. Misalnya, seorang pejabat Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) akan cenderung untuk memberikan nilai penting yang lebih tinggi untuk dampak margasatwa daripada seorang pejabat Direktorat Jenderal Industri Dasar.
b)        Metode Formal
Metode formal dapat dibedakan dalam:
·      Metode Pembobotan
Dalam sistem ini dampak diberi bobot dengan menggunakan metode yang ditentukan secara eksplisit. Sebuah contoh ialah sistem pembobotan menurut Battelle utnuk pengembangan sumberdaya air (Dee.el.al.1973). Dalam sistem Battelle ini lingkungan dibagi dalam empat kategori utama, yaitu ekologi, fisik/ kimia, estetik, dan kepentingan manusia/ sosial. Masing-masing kategori terdiri atas komponen. Misalnya, komponen dalam katergori ekologi ialah jenis dan populasi teresterial. Selanjutnya komponen dibagi dalam indikator dampak. Contoh indikator dampak dalam komponen jenis dan populasi teresterial ialah tanaman pertanian dan vegetasi alamiah. Masing-masing kategori, komponen dan indikator dampak dinilai pentingnya relatif terhadap yang lain dengan menggunakan angka desimal antara 0 dan 1.
Angka dalam sistem evaluasi lingkungan Battelle diragukan kegunaannya diIndonesia, karena sistem nilai kita berbeda dengan di Amerika serikat. Namun demikian metode untuk mendapatkan bobot dalam sistem evaluasi lingkungan itu kiranya pantas untuk diteliti kegunaannya di Indonesia. Sudah barang tentu kategori, komponen dan indikator serta peruntukannya harus disesuaikan dengan keadaan di Indonesia. Mongkol (1982) membuat modifikasi sistem evaluasi lingkungan Battelle. Pertama fungsui nilai tidaklah dibuat dari grafik mutu lingkungan terhadap indikator dampak, melainkan grafik mutu lingkungan terhadap M/S, M ialah indikator dampak dan S adalah batas maksimum atau minimum indikator dampak yang tidak boleh dilampaui.
Modifikasi kedua ialah Mongkol tidak menggunakan biaya lingkungan netto atau manfaat lingkungan netto.
Agar operasi matematik dapat dilakukan dalam metode pembobotan, metode itu harus menggunakan skala interval atau skala nisbah.
·      Metode Ekonomi
Metode ini mudah diterapkan pada dampak yang mempunyai nilai uang. Untuk dampak yang mempunyai nilai uang penerapan metode ini masih mengalami banyak kesulitan. Cara yang umum dipakai ialah untuk memberikan harga bayangan (shadow price) pada dampak tersebut. Harga bayangan itu didasarkan pada kesediaan orang atau pemrintah untuk membayar / untuk menerima biaya ganti rugi untu lingkungan yang terkena dampak tersebut. Misalnya pemerintah mengalokasikan anggaran belanja tertentu untuk penjagaan dan pemeliharaan cagar alam dan taman nasional. Demikian pula orang bersedia untuk mengeluarkan biaya untuk mengunjungi suatu cagar alam atau taman nasional. Besarnya anggaran belanja atau biaya perjalanan tersebut merupakan harga bayangan cagar alam, yaitu nilai yang diberikan oleh pemerintah/ orang kepada cagar alam itu.
Dalam hal lingkungan yang tercemar biaya deperlukan untuk membersihkan lingkungan dari pencemaran, biaya itu makin tinggi, dengan demikian tingginya tingkat kebersihan yang dikehendaki masyarakat.
Pada prinsifnya dampak pada manusia dapat pula diberi harga bayangan. Misalnya, harga bayangan untuk dampak kesehatan dapat dihitung berdasarkan upah yang hilang dan atau biaya pengobatan. Demikian pula biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk dampak kesehatan dapat dihitung berdasarkan upah yang hilang dan atau biaya pengobatan. Demikian pula biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk pelayanan kesehatan, misalnya vaksinasi, dapat disebut pula sebagai harga membayar perlindungan jiwa dari kematian. Banyak tantangan masih diberiklan terhadap pemberian nilai uang pada lingkungan terutama pada jiwa dan kesehatan manusia, tantangan itu terutama berkaitan dengan masalah etik.
F.            Evalusai Sifat Penting Dampak
Evaluasi terhadap sifat penting dampak merupakan hal yang lebih subyektif dibanding prakiraan (besar) dampak. Sebab dampak lingkungan yang berskala besar (big magnitude of impact), belum tentu mengakibatkan perubahan yang mendasar atau penting (importance) pada aspek-aspek tertentu dari kehidupan. Sebaliknya, dampak lingkungan yang berskala kecil (little magnitude of impact) dapat saja merubah secara mendasar kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan ekologi di sekitarnya.
Hal tersebut tidak lain karena penilaian atas pentingnya dampak merujuk pada pengertian sejauh mana dampak lingkungan yang timbul bersifat mendasar atau penting bagi stabilitas dan kepulihan ekosistem (ecological importance), serta bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat (social importance). Setiap kelompok masyarakat memberi nilai penting yang berbeda-beda terhadap perubahan stabilitas dan kepulihan ekosistem, serta kehidupan sosial ekonominya. Perbedaan ini muncul karena adanya perbedaan dalam latar belakang budaya, serta perbedaan ruang dan waktu. Dengan demikian “nilai penting” ini bersifat dinamis, sesuatu yang dipandang penting saat ini oleh suatu kelompok masyarakat dapat berubah menjadi tidak penting pada beberapa tahun mendatang, demikian pula sebaliknya. Disamping faktor budaya, penting tidaknya dampak pada kehidupan sosial juga dapat berbeda-beda tergantung pada lapisan sosial (misal kaya, menengah atau miskin), dan golongan sosial yang terkena dampak (misal, kalangan pemerintah, masyarakat sekitar proyek, kalangan pakar, kalangan LSM). Misalnya, suatu rencana usaha/kegiatan diduga akan menimbulkan dampak penting positif terhadap pendapatan dikalangan penduduk yang memiliki ketrampilan yang menunjang kegiatan proyek, namun dampak penting positif ini tidak berlaku bagi lapisan sosial masyarakat yang tidak memiliki ketrampilan.
Dalam evaluasi sifat penting, besar dampak lingkungan yang akan timbul --termasuk dalam hal ini aspek sosial-- dievaluasi secara cermat sejauh mana perubahan tersebut membawa pengaruh yang mendasar terhadap tatanan kehidupan sosial dan ekologi. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan seperangkat kriteria tertentu yang bersifat legal, yakni Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting, yang dikukuhkan melalui Keputusan Kepala Bapedal. Dalam Pedoman tersebut secara formal ditetapkan batasan dan criteria dampak yang bersifat penting yang berlaku untuk aspek fisika kimia, biologi, dan sosial.
Agar pihak-pihak yang berkepentingan mempunyai persepsi dan kriteria yang sama tentang dampak penting, beberapa peraturan perundang-undangan yang diterbitkan telah memuat beberapa ketentuan tentang faktor-faktor penentu dan tolok ukur dampak penting. Dalam UU No. 23 tahun 1993 dan PP No. 27 Tahun 1997 dimuat enam faktor yang menentukan dampak lingkungan dapat bersifat penting, yakni :
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak
5. Sifat kumulatif dampak
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.
Untuk mengukur sejauh mana perubahan lingkungan bersifat mendasar, telah diterbitkan ketentuan tentang tolok ukur dampak penting, yakni Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP-056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting. Keputusan tersebut menyatakan bahwa ukuran dampak penting terhadap lingkungan ditetapkan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
1.      Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan berkaitan secara relatif dengan skala usaha (besar kecilnya), hasil guna, dan daya guna dari rencana usaha atau kegiatan.
2.      Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan dapat pula didasarkan pada dampak usaha atau kegiatan tersebut terhadap salah satu aspek lingkungan, atau juga terhadap kesatuan dan kaitannya dengan aspek-aspek lingkungan lain dalam wilayah studi yang telah ditentukan.
3.      Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan, baik yang bersifat positif atau negatif, tidak boleh dipandang sebagai faktor yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan harus diperhitungkan keseluruhannya sebagai satu kesatuan untuk keperluan pengambilan keputusan.
G.           Ketidak Pastian Dampak
Memprakirakan suatu dampak dalam studi ANDAL memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Penguasaan dari anggota tim dan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang yang akan diprakirakan dampaknya memegang peranan yang sangat penting. Disamping itu faktor-faktor lingkungan juga perlu diketahui, karena dalam memprakirakan dampak harus memenuhi dinamika dari lingkungan tempat studi diadakan.
Informasi mengenai sejarah dan perkembangan lingkungan didaerah studi juga mempermudah dalam memprakirakan dampak. Oleh karena itu diperlukan pengumpulan data dan informasi keadaan lingkungan dimasa lalu dan sekarang secara lengkap (data runtutan) di semua aspek (fi sika-kimia, biologi dan sosial ekonomi). Bidang sosial ekonomi dan sosial budaya adalah bidang yang paling sulit diprakirakan dampaknya. Hal ini disebabkan karena belum banyaknya teknik-teknik prakiraan dampak yang dikembangkan sehingga sepenuhnya bergantung pada professional judgement atau pertimbangan dari keahlian anggota tim.
Besar dampak yang terjadi di masa yang akan datang tergantung dari waktu dan berapa lama dampak terjadi. Perlu diperjelas dalam jangka waktu berapa lama dampak tersebut akan diprakirakan. Prakiraan dampak untuk jangka waktu yang lebih lama atau makin panjang akan makin sulit dan makin terbuka untuk melakukan kesalahan yang lebih besar. Oleh karena itu, maka pada saat memprakirakan dampak harus dipertimbangkan adanya ketidakpastian (uncertainty). Untuk menjamin presisi pendugaan besaran dampak dan menanggulangi ketidakpastian ini maka perlu diketahui adanya kesalahan yang berasal dari beberapa sumber ketidakpastian. Sumber kesalahan dimungkinkan dapat berasal dari salah satu sumber-sumber ketidakpastian berikut ini.
1.      Type of One Error atau Alpha Error
Tipe Alpha Error adalah tipe kesalahan yang terjadi pada saat dilakukan penarikan kesimpulan. Dari pendugaan terhadap dampak seluruh komponen lingkungan yang telah dilakukan harus disimpulkan komponen apa saja yang terkena dampak yang cukup besar.
2.      Type of Two Errors atau Betha Error
Tipe kesalahan ini terjadi pada saat menentukan hipotesis yang diajukan. Dalam pemikiran setiap pakar mengenai suatu komponen lingkungan tertentu pasti telah ada hipotesis tentang dampak yang mungkin akan timbul. Dalam memutuskan dampak yang sesuai dengan hipotesis, biasanya akan terjadi kesalahan.
3.      Type of S Error atau Subject Error
Kesalahan dalam pendugaan dampak tipe ini disebabkan oleh karena tidak baiknya dalam menentukan unit cuplikan (unit sampel). Dengan unit cuplikan yang salah maka data dan informasi tentang kondisi lingkungan dan deskripsi tentang rona lingkungan juga salah. Akibatnya dalam pendugaan dampak, juga terjadi kesalahan.
4.      Type G Error atau Group Error
Tipe kesalahan ini biasanya pada pendugaan dampak sosial ekonomi. Pada hakekatnya pendapat suatu kelompok masyarakat sering berbeda dengan pendapat individu. Apabila dilaksanakan pengamatan dalam kelompok saja, kemungkinan terjadi kesalahan karena sifat-sifat individual tidak diketahui. Sementara itu apabila diamati sifat dan persepsi individual seringkali tidak sesuai dengan persepsi berdasarkan kelompok. Oleh karena itu perlu didapatkan informasi secara kelompok dan informasi individual. Setelah data dan informasi ini dinilai telah memenuhi syarat, baru kemudian dilakukan prakiraan dampak.
5.      Type of R Error atau Replication Error
Tipe kesalahan ini terjadi karena keterangan atau data diperoleh berdasarkan pada pengamatan yang ulangan cuplikannya tidak memenuhi syarat. Pada studi AMDAL hal ini sering terjadi, karena metode penelitian secara ilmiah diabaikan.
Perlu dikemukakan bahwa dalam pendugaan dampak untuk sesuatu yang akan datang maka masalah ketidakpastian patut mendapat perhatian dan pertimbangan. Masalah ketidakpastian dapat dimasukkan kedalam analisa probabilitas.



BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Dampak lingkungan dapat diartikan sebagai perubahan yang dialami oleh suatu komponen lingkungan tertentu pada ruang dan waktu tertentu sebagai akibat adanya kegiatan tertentu. Kegiatan ini dapat bersifat alami, seperti letusan gunung merapi, gempa bumi, semburan gas beracun dari kawah dan lain sebagainya, yang pada dasarnya mengakibatkan perubahan yang cukup mendasar pada lingkungan disekitarnya. Dalam studi ANDAL, prakiraan dampak merupakan suatu proses untuk menduga/mengantisipasi respon atau perubahan suatu kondisi lingkungan tertentu akibat adanya rencana kegiatan tertentu, yang berlangsung pada ruang dan waktu tertentu. Dapat dikatakan prakiraan dampak merupakan salah satu titik kritis dalam proses penyusunan ANDAL. Sehingga prakiraan dampak merupakan “trade mark” dalam dokumen ANDAL, dan merupakan ciri pembeda dengan dokumen-dokumen riset lainnya.
Ada 3 (tiga) prinsip dasar yang perlu diketahui dalam melakukan prakiraan dampak lingkungan, termasuk dalam hal ini prakiraan dampak aspek sosial, yakni: Merujuk pada batasan tentang dampak lingkungan yang digunakan dalam AMDAL, Keterkaitan dengan dokumen Kerangka Acuan (KA) dan Keterkaitan antar komponen lingkungan yang terkena dampak. Dalam prakiraan dampak lingkungan terkandung dua macam kajian, yakni, prakiraan atas seberapa besar perubahan atau dampak lingkungan (magnitude of impact) yang akan timbul sebagai akibat adanya proyek dan evaluasi atas mendasar tidaknya atau penting tidaknya dampak lingkungan yang akan timbul bagi kehidupan sosial, ekonomi, budaya, kesehatan dan ekologi.


B.            Saran
Semoga prakiraan dan evaluasi dampak ini dapat dijadikan secara optimal dalam pengambilan suatu keputusan.





















DAFTAR PUSTAKA
- Soemarwoto, Otto, 1996. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Bandung: Gajah Mada 
University Pres.
- Wiki media 2009. Evaluasi Dampak dan Resiko dalam AMDAL (online). (Http//:www.google.com. diakses 23 Juni 2003).