KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini kami membahas tentang Penyakit DBD.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi
dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan
dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ssemua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang
pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik
dari pembaca sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan mamfaat bagi kita sekalian.
Makassar,30
November 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit
endemis di Indonesia dan sampai saat ini masih merupakan masalah utama
kesehatan masyarakat. Penyakit Demam Berdarah disebabkan oleh infeksi virus
Dengue yang akut dan ditandai dengan panas mendadak selama 2 – 7 hari tanpa
sebab yang jelas disertai dengan manifestasi perdarahan, seperti petekie,
epistaxis kadang disertai muntah darah, berak darah, kesadaran menurun, dan
syock (Soegijanto, 2006).
Penyakit Demam
Berdarah atau Dengue Hemorragik Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok
Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan air laut. Merebaknya kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai
kalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran akan
kebersihan lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat
dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini.
Virus dengue dapat
masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor pembawanya, yaitu nyamuk dari
genus Aedes seperti Aedes aegypti betina
dan Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor
yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini Nyamuk dapat
membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus
tersebut.Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk
yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat
yang digigitnya.Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang
dibawanya ke keturunannya melalui telur (transovarial). Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa monyet juga dapat terjangkit oleh virus dengue, serta dapat
pula berperan sebagai sumber infeksi bagi monyet lainnya bila digigit oleh
vektor nyamuk.
Tingkat risiko
terjangkit penyakit demam berdarah meningkat pada seseorang yang memiliki
antibodi terhadap virus dengue akibat infeksi pertama. Selain itu, risiko demam
berdarah juga lebih tinggi pada wanita, seseorang yang berusia kurang dari 12
tahun, atau seseorang yang berasal dari ras Kaukasia.
B.
Rumusan Masalah
Definisi DBD
Penyebab dan ciri-ciri Nyamuk DBD
Gejala DBD
Pencegahan DBD
Cara pengobatan DBD
C.
Tujuan
Mengetahui penyebab dan ciri-ciri nyamuk DBD,
gejala DBD, serta cara pengobatan DBD.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi penyakit DBD
Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) merupakan masalah penting
pada kesehatan masyarakat di daerah tropis di dunia yang disebabkan oleh
gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). Satu nyamuk dapat menjangkiti beberapa
orang dalam waktu singkat dan lebih dari 1 kali. DBD di Indonesia pertama kali
ditemukan di Surabaya pada tahun 1958 dimana saat itu sebanyak 58 orang
terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia. Mulai saat itu, penyakit
ini pun menyebar luas ke seluruh penjuru Indonesia. Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita Demam Berdarah di tiap tahunnya. Sementara itu,
terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health
Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan
kasus Demam Berdarah tertinggi di Asia Tenggara. Dari jumlah keseluruhan kasus
tersebut, sekitar 95% terjadi pada anak di bawah 15 tahun [13]. Kejadian Luar
Biasa terjadi pada tahun 1998 dimana Departemen Kesehatan RI mencatat sebanyak
2.133 korban terjangkit penyakit ini dengan jumlah korban meninggal 1.414 jiwa.
Perantara infektif adalah virus dengue dari keluarga Flaviviridae, yang terdiri
dari 4 serotipe DEN-I, DEN-II, DEN-III, dan DEN-IV. Infeksi Dengue oleh salah
satu dari empat serotipe menyebabkan tingkatan penyakit pada manusia
berdasarkan kronisnya, mulai dari inapparent klinis, sampai penyakit hemoragik
berat (pendarahan di bawah kulit) dan fatal (kematian).
Sterile Insect Technique (SIT) adalah salah satu metode untuk
mengendalikan populasi serangga dengan penggunaan mutagen atau radiasi gamma
yang diberikan kepada serangga jantan sehingga serangga tersebut menjadi
steril. Serangga steril ini kemudian dilepas ke lingkungan dalam jumlah yang
sangat besar untuk kawin dengan serangga normal yang ada di lingkungan
bebas. Seekor serangga betina normal yang kawin dengan pejantan steril akan
menghasilkan telur, tetapi telur tidak akan menetas( efek yang sama akan terjadi
untuk persilangan timbal balik). Jika terdapat serangga steril, dengan jumlah
cukup tinggi, maka banyak persilangan steril yang terjadi dan seiring waktu,
jumlah serangga normal akan menurun. Dan rasio steril serangga normal akan
meningkat, sehingga menyebabkan kepunahan serangga normal.
Sterile Insect Technique ini pertama kali diperkenalkan oleh Knipling
[4], dan digunakan dengan sukses pada tahun 1958 di Florida untuk
mengontrol Screwworm fly (Cochliomya Omnivorax). Sejak itu,
pelepasan serangga steril telah digunakan dengan berbagai keberhasilan. Contoh
lainnya yaitu Screwworm Fly di Amerika Serikat, Meksiko dan
Libya; Mediterania Lalat Buah (Ceratitis capitata Wiedemann) di
Amerika Serikat dan Meksiko; Melon Fly (Dacus cucurbitae
Coquillett) di Jepang dan Taiwan; Pink Hubner (Pectinophora
gossypiella Saunders) di Amerika Serikat; Tsetse Fly ( spesies
Glossina) di Tanzania, Zimbabwe dan Upper Volta; Boll Bonggol
(Anthonomus Boheman Grandis) pada Southeastern USA; Meksiko Lalat
Buah (Anastrepha Ludens Loew) di Amerika Serikat dan
Meksiko; Gypsy Moth (Lymantria dispar Linnaeus) di Amerika
Serikat dan Kanada.
B. Penyebab dan Ciri-Ciri
DBD
Penyebab DBD :
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang menyebabkan
gangguan pada pembuluh darah kapiler dan
pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Ciri-Ciri Nyamuk DBD
Hidup di dalam ruangan, tempat genangan air dan kumuh,
Sulit untuk ditangkap karena mereka bergerak sangat cepat,
melesat maju mundur.
Mereka menggigit pada pagi atau siang hari.
Bersembunyi di bawah perabot dan sering menggigit orang di
sekitar kaki atau pergelangan kaki.
Gigitan relatif tidak sakit, sehingga orang mungkin tidak
melihat mereka sedang tergigit.
Nyamuk demam berdarah
dewasa lebih memilih untuk beristirahat di daerah gelap. Tempat beristirahat
favorit berada di bawah tempat tidur, meja dan kursi, di lemari pakaian atau
lemari, di tumpukan cucian kotor dan sepatu; dalam wadah terbuka, di ruang yang
gelap dan tenang, dan bahkan pada objek gelap seperti pakaian atau perabot.
Nyamuk demam berdarah
lebih suka menggigit manusia pada siang hari. Sebuah cara yang efektif untuk
membunuh nyamuk dewasa adalah untuk menerapkan sisa insektisida ke daerah di
mana mereka lebih suka untuk beristirahat.
Nyamuk demam berdarah
terkadang dijuluki ‘kecoa nyamuk’ karena benar-benar dijinakkan dan lebih
memilih untuk tinggal di sekitar rumah-rumah penduduk. Mereka berkembang biak
bukan di rawa-rawa atau saluran, dan sangat jarang menggigit pada malam hari.
C.
Gejala DBD
Masa tunas atau inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang
terserang virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda
dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
1. Demam
tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).
2. Pada
pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3. Adanya
bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan
(Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur
darah (Melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi
pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan
darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada
pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit
diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya
beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu
makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan
pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam
yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
10. Munculnya
bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
D.
Manifestasi Klinis
Infeksi virus dengue dapat bermanifestasi pada beberapa luaran,
meliputi demam biasa, demam berdarah (klasik), demam berdarah dengue
(hemoragik), dan sindrom syok dengue.
Demam berdarah (klasik)
Demam berdarah menunjukkan gejala yang umumnya berbeda-beda
tergantung usia pasien. Gejala yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak adalah
demam dan munculnya ruam.] Sedangkan pada pasien usia
remaja dan dewasa, gejala yang tampak adalah demam tinggi, sakit kepala parah,
nyeri di belakang mata, nyeri pada sendi dan tulang, mual dan muntah, serta munculnya
ruam pada kulit. Penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan penurunan
keping darah atau trombosit (trombositopenia) juga seringkali dapat diobservasi
pada pasien demam berdarah. Pada beberapa epidemi, pasien juga menunjukkan
pendarahan yang meliputi mimisan, gusi berdarah, pendarahan saluran cerna,
kencing berdarah (haematuria), dan pendarahan berat saat menstruasi
(menorrhagia).
Demam berdarah dengue (hemoragik)
Pasien yang menderita demam berdarah dengue (DBD) biasanya
menunjukkan gejala seperti penderita demam berdarah klasik ditambah dengan
empat gejala utama, yaitu demam tinggi, fenomena hemoragik atau pendarahan
hebat, yang seringkali diikuti oleh pembesaran hati dan kegagalan sistem
sirkulasi darah. Adanya kerusakan pembuluh darah, pembuluh limfa, pendarahan di
bawah kulit yang membuat munculnya memar kebiruan, trombositopenia dan
peningkatan jumlah sel darah merah juga sering ditemukan pada pasien
DBD Salah satu karakteristik untuk membedakan tingkat keparahan DBD
sekaligus membedakannya dari demam berdarah klasik adalah adanya kebocoran
plasma darah.] Fase kritis DBD adalah seteah 2-7 hari
demam tinggi, pasien mengalami penurunan suhu tubuh yang drastis. Pasien akan
terus berkeringat, sulit tidur, dan mengalami penurunan tekanan darah. Bila
terapi dengan elektrolit dilakukan dengan cepat dan tepat, pasien dapat sembuh
dengan cepat setelah mengalami masa kritis. Namun bila tidak, DBD dapat
mengakibatkan kematian.
Sindrom Syok Dengue
Sindrom syok adalah tingkat infeksi virus dengue yang terparah,
di mana pasien akan mengalami sebagian besar atau seluruh gejala yang terjadi
pada penderita demam berdarah klasik dan demam berdarah dengue disertai dengan
kebocoran cairan di luar pembuluh darah, pendarahan parah, dan syok
(mengakibatkan tekanan darah sangat rendah), biasanya setelah 2-7 hari demam.
Tubuh yang dingin, sulit tidur, dan sakit di bagian perut adalah tanda-tanda
awal yang umum sebelum terjadinya syok. Sindrom syok terjadi biasanya pada
anak-anak (kadangkala terjadi pada orang dewasa) yang mengalami infeksi dengue
untuk kedua kalinya. Hal ini umumnya sangat fatal dan dapat berakibat pada
kematian, terutama pada anak-anak, bila tidak ditangani dengan tepat dan cepat] Durasi
syok itu sendiri sangat cepat. Pasien dapat meninggal pada kurun waktu 12-24
jam setelah syok terjadi atau dapat sembuh dengan cepat bila usaha terapi untuk
mengembalikan cairan tubuh dilakukan dengan tepat. Dalam waktu 2-3 hari, pasien
yang telah berhasil melewati masa syok akan sembuh, ditandai dengan tingkat
pengeluaran urin yang sesuai dan kembalinya nafsu makan.
E.
Pencegahan DBD
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk
penyakit demam berdarah. Pencegahan utama demam berdarah terletak pada
menghapuskan atau mengurangi vektornyamuk demam berdarah.
Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna (misalnya di pot
bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan nyamuk,
menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang hal - hal yang dapat
mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes Aegypti.
Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga
kesehatan agar terhindar dari penyakit demam berdarah, sebagai berikut:
Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M, yaitu
menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur
barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik
nyamuk, meski pun dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena
dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila barang-barang bekas
tersebut didaur-ulang.
Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa,
sedangkan bubuk abate akan mematikan
jentik pada air. Keduanya harus
dilakukan untuk memutuskan rantai perkembangbiakan nyamuk;
F. Cara Pengobatan DBD
Demam berdarah biasanya merupakan penyakit yang hanya perawatan
suportif jika tepat sasaran dapat disembuhkan. Acetaminophen dapat
digunakan untuk pengobatan demam
berdarah. Untuk beberapa jenis obat seperti aspirin, obat antinflammatory drugs (NSAID), dan
Kortikosteroid harus dihindari
sebagai antisipasi pengobatan demam berdarah.
Pasien dengan demam berdarah diketahui atau dicurigai harus
memiliki jumlah trombosit dan hematokrit diukur setiap hari dari hari ketiga
penyakit sampai 1-2 hari setelah penurunan suhu badan normal. Pasien dengan
tingkat hematokrit yang meningkat atau jumlah trombosit menurun harus memiliki
penggantian defisit volume intravaskular.
Untuk pengobatan demam berdarah lebih lanjut, pasien yang
memiliki tanda-tanda dehidrasi, seperti takikardia, kapiler terisi semakin
lama, dingin atau kulit berbintik-bintik, status mental berubah, penurunan
output urine, kenaikan tingkat hematokrit, tekanan nadi menyempit, atau
hipotensi, memerlukan cairan infus.
Keberhasilan pengobatan demam berdarah yang parah memerlukan
perhatian khusus, seperti cairan dan perawatan proaktif. Defisit volume
Intravaskular harus diperbaiki dengan cairan isotonik seperti larutan Ringer
laktat. Bolus dari 10-20 kg mL / harus diberikan lebih dari 20 menit dan dapat
diulang. Jika ini gagal untuk mengoreksi defisit, nilai hematokrit harus
ditentukan dan jika naik informasi klinis yang terbatas menunjukkan bahwa
plasma expander dapat diberikan. Dekstran 40, atau albumin 5% pada dosis 10-20
kg mL juga dapat digunakan. Jika pasien tidak membaik setelah ini, kehilangan
darah harus dipertimbangkan. Pasien dengan perdarahan internal atau pencernaan
mungkin memerlukan transfusi. Pasien dengan koagulopati mungkin memerlukan
plasma beku segar.
Setelah pasien dengan dehidrasi yang stabil, mereka biasanya
membutuhkan cairan infus tidak lebih dari 24-48 jam. cairan intravena harus
dihentikan ketika tingkat hematokrit turun dibawah 40% dan volume intravaskuler
cukup.
Transfusi plasma
platelet segar beku mungkin diperlukan untuk mengontrol pendarahan parah.
Sebuah laporan kasus baru-baru ini menunjukkan perkembangan yang baik setelah
pemberian globulin intravena anti-D di dua pasien. Sebelum mengakhiri, sebelum
pengobatan demam berdarah dilakukan, khendaknya pemeriksaan atau konsultasi
kepada dokter adalah jalan yang terbaik, pastikan penderita berada pada kondisi
yang stabil karena jika dibiarkan akan menjadi semakin parah sehingga
menyebabkan kematian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam berdarah (DB)
adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah
manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes
aegypti atau Aedes albopictus.Infeksi virus dengue dapat
bermanifestasi pada beberapa luaran, meliputi demam biasa, demam berdarah
(klasik), demam berdarah dengue (hemoragik), dan sindrom syok dengue. Pasien
yang menderita demam berdarah dengue (DBD) biasanya menunjukkan gejala seperti
penderita demam berdarah klasik ditambah dengan empat gejala utama, yaitu demam
tinggi, fenomena hemoragik atau pendarahan hebat, yang seringkali diikuti oleh
pembesaran hati dan kegagalan sistem sirkulasi darah. Adanya
kerusakan pembuluh darah, pembuluh limfa, pendarahan di bawah kulit yang membuat
munculnya memar kebiruan, trombositopenia dan peningkatan jumlah sel darah
merah juga sering ditemukan pada pasien DBD. Uji elisa dapat dilakukan
untuk mendeteksi adanya interaksi antigen dan antibodi terhadap virus dengue.
Sampai saat ini belum
ada obat spesifik bagi penderita demam berdarah Banyak orang yang sembuh
dari penyakit ini dalam jangka waktu 2 minggu. Tindakan pengobatan yang umum
dilakukan pada pasien demam berdarah yang tidak terlalu parah adalah pemberian
cairan tubuh (lewat minuman atau elektrolit) untuk mencegah dehidrasi akibat
demam dan muntah, konsumsi obat yang mengandung acetaminofen (misalnya tilenol)
untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam serta banyak istirahat. Aspirin dan
obat anti peradangan nonsteroidal seperti ibuprofen dan sodium naproxen justru
dapat meningkatkan risiko pendarahan. Bagi pasien dengan
demam berdarah yang lebih parah, akan sangat disarankan untuk menjalani rawat
inap di rumah sakit, pemberian infus dan elektrolit untuk mengganti cairan
tubuh, serta transfusi darah akibat pendarahan yang terjadi.
B. Saran
Setelah
membaca makalah ini diharapkan teman-teman dapat mengerti bagaimana cara
pengobatan dbd sekaligus pencegahannya. Dan teman-teman bisa memberikan saran
agar makalah ini kedepannya menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Notoadmijo.S.1999.Ilmu Kesehatan
Masyarakat.Edisi 1 Rineka Cipta :
Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar