Puji syukur selalu
Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Serta kepada para
sahabatnya dan kepada seluruh umatnya.
Dalam pembuatan
makalah ini penulis telah banyak
menerima bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami menghaturkan banyak
terima kasih kepada dosen mata kuliah serta semua pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa
laporan ini belum sempurna, untuk itu saran dan kritik dari semua pihak yang
sangat saya harapkan agar menjadi bekal pengetahuan untuk membuat makalah yang
lebih baik dimasa yang akan datang, amiin.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
1.
Retensio
Plasenta
Perdarahan
pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu; ¼ kematian ibu yang
disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan, placenta previa,
solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, dan ruptura uteri) disebabkan
oleh perdarahan pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan
pascapersalinan tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi
morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh. Perdarahan
pascapersalinan lebih sering terjadi pada ibu-ibu di Indonesia dibandingkan
dengan ibu-ibu di luar negeri.
Perdarahan setelah
melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah konsekuensi
perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus
genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya.—Diperkirakan ada 14 juta
kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita
mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi
dalam waktu 4 jam setelah melahirkan.
2. Inversio Uteri
2. Inversio Uteri
Inversio Uteri
merupakan kejadian yang sangat jarang terjadi yaitu berkisar antara 1 : 2000
s/d 20.000 kehamilan namun dengan cepat dapat menyebabkan mortalitas
maternal.Ini adalah merupakan komplikasi kala III persalinan yang sangat
ekstrem Inversio Uteri terjadi dalam beberapa tingkatan, mulai dari bentuk
ekstrem berupa terbaliknya terus sehingga bagian dalam fundus uteri keluar
melalui servik dan berada diluar seluruhnya. Seorang wanita hamil yang sehat dapat
kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala
klinik. Gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah 20%. Jika perdarahan
berlangsung terus, dapat timbul syok. Diagnosis perdarahan pascapersalinan
dipermudah apabila pada tiap-tiap persalinan setelah anak lahir secara rutin
diukur pengeluaran darah dalam kala III dan satu jam sesudahnya. Apabila
terjadi perdarahan pascapersalinan dan plasenta belum lahir, perlu diusahakan
untuk melahirkan plasenta segera.
B.
Rumusan Masalah
1.
Definisi retensio plasenta
2.
Ekologi atau penyebab retensio plasenta
3.
Tanda dan gejala retensioplasenta
4.
Akibat gejala resentio plasenta
5.
Penanganan dan cara manual plasenta
6.
Definisi inversion uteri
7.
Etiologi inversion uteri
8.
Tanda gejala inversion uteri
9.
Komplikasi inversion uteri
10. Patofisiologi
inversion uteri
11. Penatalaksanaan
inversion uteri
C.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Diharapkan Mahasiswa
dapat mengetahui tentang Retensio Plasenta dan inversion uteri serta
penanganannya.
2.
Tujuan khusus
a. Mampu
memahami yang dimaksud dengan manual plasenta dan inversio uteri
b. Mengetahui
indikasi manual plasenta dan inversio uteri
c.
Mengetahui langkah-langkah manual plasenta dan inversio uteri
BAB II
PENJELASAN
A.
DEFINISI
RETENSIO PLASENTA
Retensio plasenta
adalah apabila plasenta belum lahir setangah jam setelah janin
lahir(Winkjosastro, 2010 ).
Retensio plasenta
adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini
dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang
telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. Bila
retensio plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan ada
kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta,
plasenta perkreta. (Manuaba (2006:176).
Retensio plasenta (Placental
Retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah
janin lahir. Sedangkan sisa plasenta (rest placenta) merupakan tertinggalnya
bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum
dini (Early Postpartum Hemorrhage) atau perdarahan post partum lambat (Late
Postpartum Hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca
persalinan.
Perdarahan hanya
terjadi pada plasenta yang sebagian atau seluruhnya telah lepas dari dinding
rahim. Banyak atau sedikitnya perdarahan tergantung luasnya bagian plasenta
yang telah lepas dan dapat timbul perdarahan. Melalui periksa dalam atau
tarikan pada tali pusat dapat diketahui apakah plasenta sudah lepas atau belum
dan bila lebih dari 30 menit maka kita dapat melakukan plasenta manual.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa retensio plasenta ialah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam
setelah janin lahir, keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya
hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta
manual dengan segera.
B. ETIOLOGI ATAU PENYEBAB RETENSIO PLASENTA
Menurut Wiknjosastro (2007)
sebab retensio plasenta dibagi menjadi 2 golongan ialah sebab fungsional
dan sebab patologi anatomik.
1. Sebab fungsional
a) His yang kurang kuat
(sebab utama)
b) Tempat melekatnya yang
kurang menguntungkan (contoh : di sudut tuba)
c) Ukuran plasenta terlalu
kecil
d) Lingkaran kontriksi pada
bagian bawah perut
2. Sebab patologi anatomik (perlekatan plasenta
yang abnormal)
Plasenta belum
terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih dalam. Menurut
tingkat perlekatannya :
a. Plasenta adhesiva : plasenta
yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam.
b. Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus
desidua endometrium sampai ke miometrium.
c. Plasenta akreta : vili khorialis
tumbuh menembus miometrium sampai ke serosa.
d. Plasenta perkreta : vili
khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum dinding rahim.
C.
JENIS-JENIS RETENSIO
PLASENTA
a) Plasenta Adhesive : Implantasi yang
kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme
separasi fisiologis
b) Plasenta Akreta : Implantasi jonjot
korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.
c) Plasenta Inkreta : Implantasi jonjot
korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa
dinding uterus.
d) Plasenta Prekreta : Implantasi jonjot
korion plasenta yang menembus lapisan serosa dinding uterus hingga ke
peritonium
e) Plasenta Inkarserata : Tertahannya
plasenta di dalam kavum uteri disebabkan oleh konstriksi ostium uteri. (Sarwono,
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002:178).
D. TANDA DAN GEJALA RESENTIO PLASENTA
Gejala
|
Akreta parsial
|
Inkarserata
|
Akreta
|
Konsistensi uterus
|
Kenyal
|
Keras
|
Cukup
|
Tinggi fundus
|
Sepusat
|
2 jari bawah pusat
|
Sepusat
|
Bentuk uterus
|
Discoid
|
Agak globuler
|
Discoid
|
Perdarahan
|
Sedang – banyak
|
Sedang
|
Sedikit / tidak ada
|
Tali pusat
|
Terjulur sebagian
|
Terjulur
|
Tidak terjulur
|
Ostium uteri
|
Terbuka
|
Konstriksi
|
Terbuka
|
Pelepasan plasenta
|
Lepas sebagian
|
Sudah lepas
|
Melekat seluruhnya
|
Syok
|
Sering
|
Jarang
|
Jarang sekali, kecuali akibat inversion oleh
tarikan kuat pada tali pusat
|
E. AKIBAT RESENTIO PLASENTA
Dapat menimbulkan bahaya perdarahan,
infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi
placenta inkarserata,
dapat terjadi polip placenta dan terjadi degenarasi ganas korio karsinoma.
F. PENANGANAN DAN TERAPI RETENSIO PLASENTA
Untuk memperkecil
komplikasi dapat dilakukan tindakan profilaksis dengan :
a. Memberikan uterotonika IV atau IM
a. Memberikan uterotonika IV atau IM
b. Memasang
tamponade uterovaginal
c. Memberikan
antibiotic
d. Memasang
infuse dan persiapan transfuse darah
Placenta manual merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio
placenta yang dilakukan secra manual ( menggunakan tangan ) dari tempat
implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri.
Penanganan dengan
Cara Manual Plasenta:
a) Pemasangan
cairan infuse → Tujuannya untuk menambah cairan / tenaga ibu
b)
Menjelaskan kepada ibu tentang prosedur dan tujuan tindakan
c)
Siapkan alat
d) Cuci
tangan
e)
Mengosongkan kandung kemih → Jika ibu tidak mampu berkemih sendiri,
lakukan pemasangan kateter
f)
Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 Cm dari vulva, tegangkan dengan
1 tangan sejajar dengan lantai
g)
Masukkan tangan ke dalam kavum uteri secar obstetric dengan menelusuri sisi
bawah tali pusat
h) Satelah
mencapai bukaan serviks, minta asisten untuk menegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk
menahan fundus
i) Sambil
menahan fundus, masukkan tangan hingga ke kavum uteri sampai mencapai tempat
implantasi placenta
j) Bentangkan
tangan obstetric menjadi datar seperti member salam
k) Tentukan
implantasi placenta, temukan tepi placenta paling bawah
Bila placenta berimplantasi di korpus
belakang, tali pusat tetap di sebelah atas dan sisipkan ujung jari diantara placenta dan dinding
uterus dimana punggung tangan menghadap ke bawa
Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke
sebelah atas tali pusat dan sisipkan
ujung jari tangan diantara placenta dan dinding uterus dimana punggung
tangan menghadap ke atas
l) Setelah ujung
jari masuk diantara placenta dan dinding uterus maka perluas
Pelepasan placenta dengan jalan menggeser
tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan keatas hingga semua pelekatan
placenta terlepas dari dinding uterus.
m)
Sementara 1 tangan masih di dalam kavum uteri, lakuakn eksplorasi untuk menilai
tidak ada sisa placenta yang tertinggal
n) Pindahkan
tangan luar dari fundus ke supra symfisis kemudian minta asisten untk menarik
tali pusat sambil tangan dalam membawa placenta keluar
o) Lakukan
penekanan uterus, kea rah dorso cranial setelah placenta di lahirkan dan
tempatkan placenta di dalam wadah yang disediakan
p) Periksa
kembali tanda vital ibu
q) Beri
tahu ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu masih memerlukan
pemantauan dan asuhan lanjutan
r) Lakukan
pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan
s) Segera
setelah placenta lahir, lakukan masase fundus uteri
t) Jika
uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan KBI, KBE, KBA
G. DEFINISI INVERSIO
UTERI
Inversio Uteri merupakan kejadian yang sangat jarang terjadi yaitu berkisar
antara 1 : 2000 s/d 20.000 kehamilan namun dengan cepat dapat menyebabkan
mortalitas maternal.Ini adalah merupakan komplikasi kala III persalinan yang
sangat ekstrem
Inversio Uteri terjadi dalam beberapa tingkatan, mulai dari bentuk ekstrem berupa terbaliknya terus sehingga bagian dalam fundus uteri keluar melalui servik dan berada diluar seluruhnya ( gambar 1 a dibawah ).
Inversio Uteri terjadi dalam beberapa tingkatan, mulai dari bentuk ekstrem berupa terbaliknya terus sehingga bagian dalam fundus uteri keluar melalui servik dan berada diluar seluruhnya ( gambar 1 a dibawah ).
Gambar 1. Reposisi Inversio Uteri.
( a ) Inversio uteri
total ( b ) Reposisi uterus melalui servik. ( c ) Restitusi uterus
Oleh karena servik mendapatkan pasokan darah yang sangat banyak maka inversio uteri yang total dapat menyebabkan renjatan vasovagal dan memicu terjadinyaperdarahan pasca persalinan yang masif akibat atonia uteri yang menyertainya.Inversio uteri adalah bagian atas uterus memasuki cavum uteri, sehingga fundus Uteri sebelah dalam menonjol ke dadam cavum uteri.
Pada inversio uteri menahun, yang di temukan beberapa lama
setelah persalinan, sebaiknya di tunggu berakhirnya involusi kemudian di
lakukan pembedahan pervaginam. Inversio uteri jarang terjadi, tetapi jika
terjadi, dapat menimbulkan syok yang berat.
Menurut dr. Ida Bagus GdeManuaba, SpOG) Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk ke dalam kavum uteri, dapat secara mendadak atau perlahan. Kejadian ini biasanya disebabkan pada saat melakukan persalinan plasenta secara Crede, dengan otot rahim belum berkontraksi dengan baik. Inversio uteri memberikan rasa sakit yang dapat menimbulkan keadaan syok.
Menurut dr. Ida Bagus GdeManuaba, SpOG) Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk ke dalam kavum uteri, dapat secara mendadak atau perlahan. Kejadian ini biasanya disebabkan pada saat melakukan persalinan plasenta secara Crede, dengan otot rahim belum berkontraksi dengan baik. Inversio uteri memberikan rasa sakit yang dapat menimbulkan keadaan syok.
Adapun
pembagian-pembagian inversion uteri sebagai berikut :
a. Pembagian inversio uteri :
1. Inversio
uteri ringan/ inversio uteri inkomplit : fundus uteri terbalik menonjol
ke dalam kavum uteri namun belum
keluar dari ostium uteri
2. Inversio
uteri sedang /inversio
uteri inkomplit :: terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
. Inversio
uteri berat/ inversio prolaps : uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar
vagina.
b.
Klasifikasi prolaplus uteri
-Tingkat I : Uterus
turun dengan serviks paling rendah dalam introitus vagina
-Tingkat II: uterus sebagian besar keluar dari vagina
-Tingkat III : Uterus keluar seluruhnya dari vagina yang disertai dengan inversio vagina ( prosidensia uteri).
-Tingkat II: uterus sebagian besar keluar dari vagina
-Tingkat III : Uterus keluar seluruhnya dari vagina yang disertai dengan inversio vagina ( prosidensia uteri).
H.
ETIOLOGI INVERSIO URITE
a)
Penyebab inversion uteri yaitu :
Spontan : grande multipara, atoni uteri,
kelemahan alat kandungan, tekanan indra abdominal yang tinggi (mengejan dan
batuk).
Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan
tali pusat, manual plasenta yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding
rahim.
b)
Faktor yang mempermudah terjadinya inversion
uteri
Tunus otot rahim yang lemah
Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan
intra abdominal, tekanan dengan tangan, tarikan pada tali pusat)
Canalis servikalis yang longgar.
Patulous kanalis servikalis.Frekuensi inversio
uteri : angka kejadian 1: 20.000 persalinan.
. Akibat traksi talipusat dengan plasenta yang berimplantasi dibagian fundus uteri dan dilakukan dengan tenaga berlebihan dan diluar kontraksi uterus akan menyebabkan inversio uteri.
. Akibat traksi talipusat dengan plasenta yang berimplantasi dibagian fundus uteri dan dilakukan dengan tenaga berlebihan dan diluar kontraksi uterus akan menyebabkan inversio uteri.
I. TANDA GEJALA INVERSIO
UTERI
1)
Gejala klinis inversion uteri
Dijumpai pada kala III atau post partum dengan
gejala nyeri yang hebat, perdarahan yang banyak sampai syok apalagi bila
plasena masih melekat dan sebagaian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi
strangulasi dan nekrosis.
Pemeriksaan dalam : ± Bila masih inkomplit maka pada daerahsimfisis uterus
teraba fundus utericekung ke dalam. ±
Bila komplit, di atas simfisis uterusteraba kosong dan dalam vagina terabatumor
lunak. ± Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).
2)
Tanda dan gejala inversion uteri yang selalu
ada
Uterus terlihat
Uterus bisa terlihat
sebagai tonjolan mengilat, merah lembayung di vagina
Plasenta mungkin masih
melekat (tampak tali pusat)
Perdarahan
3)
Tanda paling sering inverse uteri adalah
perdarahan, tetapi cepatnya ibu mengalami kolaps dengan jumlah kehilangan
darahnya,
Syok berat
Nyeri
Nyeri abdomen bawah
berat, disebabkan oleh penarikan pada ovarium dan peritoneum serta bias
disertai rasa ingin defekasi.
Lumen vagina terisi
massa.
4)
Tanda dan gejala yang kadang-kadang
Syok neirogenik
Pucat dan limbung
5)
Gejala klinis prolapsus uteri
Sangat individual dan
berbeda-beda, kadang-kadang prolapsus uterinya cukup berat tapi keluhannya (-)
dan sebaliknya. Prolapsus uteri dapat mendadak seperti nyeri,
Muntah, kolps
(jarang), keluhan-keluhannya :
Terasa ada yang menjanggal/menonjol
digenitalia ekstema (vagina atau perasaan berat pada perut bagian bawah.
Riwayat nyeri dipinggang dan panggul yang
berkurang atau hilang dengan berbaring.
Timbulnya gejala-gejala dari : Sitokel : Pipis
sedikit-sedikit dan sering, tak puas dan stress inkontinensia (tak dapat
menahan BAK) karena dinding belakang uretra tertarik, sehingga fungsi sfincter
terganggu. Rektokel : terjadi gangguan defikasi seperti obstipasi, karena
faeces berkumpul di rongga rektokel. Koitus terganggu, juga berjalan dan
bekerja. Leukorea, karena bendungan/kongesti daerah serviks. Luka lecet pada
portio karena geseran celana dalam. Enterokel, menyebabkan rasa berat dan penuh
pada daerah panggul. Servisitis dapat menyebabkan infertility. Menoragia karena
bendungan.
J.
KOMPLIKASI INVERSIO UTERI
a.
Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri
b.
Dekubitis
c.
Hipertropi serviks uteri dan elongasiona
d.
Gangguan miksi dan strees inkontenensia
e.
Infeksi saluran kencing
f.
Infertilitas
g.
Gangguan partus
h.
Inkarserasi usus hemoroid
K. PATOFISIOLOGI INVERSIO
UTERI
Uterus dikatakan mengalami
inversi jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya
segera dilakukan. Dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus
yang terinversi akan mengecil danuterus akan terisi darah.
Dengan adanya persalinan yang sulit, menyebabkan kelemahan pada ligamentum-ligamentum, fasia endopelvik, otot-otot dan fasia dasar panggul karena peningkatan tekanan intra abdominal dan faktor usia. Karena serviks terletak diluar vagina akan menggeser celana dalam dan menjadi ulkus dekubiltus (borok). Dapat menjadi SISTOKEL karena kendornya fasia dinding depan vagina (mis : trauma obstetrik) sehingga kandung kemih terdorong ke belakang dan dinding depan vagian terdorong ke belakang. Dapat terjadi URETROKEL, karena uretra ikut dalam penurunan tersebut. Dapat terjadi REKTOKEL, karena kelemahan fasia di dinding belakang vagina, ok trauma obstetri atau lainnya, sehingga rektum turun ke depan dan menyebabkan dinding vagina atas belakang menonjol ke depan. Dapat terjadi ENTEROKEL, karena suatu hemia dari kavum dauglasi yang isinya usus halus atau sigmoid dan dinding vagina atas belakang menonjol ke depan. Sistokel, uretrokel, rektokel, enterokel dan kolpokel disebut prolaps vagina. Prolaps uteri sering diikuti prolaps vagina, tetapi prolaps vagina dapat berdiri sendiri.
Dengan adanya persalinan yang sulit, menyebabkan kelemahan pada ligamentum-ligamentum, fasia endopelvik, otot-otot dan fasia dasar panggul karena peningkatan tekanan intra abdominal dan faktor usia. Karena serviks terletak diluar vagina akan menggeser celana dalam dan menjadi ulkus dekubiltus (borok). Dapat menjadi SISTOKEL karena kendornya fasia dinding depan vagina (mis : trauma obstetrik) sehingga kandung kemih terdorong ke belakang dan dinding depan vagian terdorong ke belakang. Dapat terjadi URETROKEL, karena uretra ikut dalam penurunan tersebut. Dapat terjadi REKTOKEL, karena kelemahan fasia di dinding belakang vagina, ok trauma obstetri atau lainnya, sehingga rektum turun ke depan dan menyebabkan dinding vagina atas belakang menonjol ke depan. Dapat terjadi ENTEROKEL, karena suatu hemia dari kavum dauglasi yang isinya usus halus atau sigmoid dan dinding vagina atas belakang menonjol ke depan. Sistokel, uretrokel, rektokel, enterokel dan kolpokel disebut prolaps vagina. Prolaps uteri sering diikuti prolaps vagina, tetapi prolaps vagina dapat berdiri sendiri.
Inversio uteri adalah
keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masukIni adalah
merupakan komplikasi kala III persalinan yang sangat ekstrem. Inversio Uteri
terjadi dalam beberapa tingkatan, mulai dari bentuk ekstrem berupa terbaliknya terus
sehingga bagian dalam fundus uteri keluar melalui servik dan berada diluar
seluruhnya ke dalam kavum uteri. Oleh karena servik mendapatkan pasokan darah
yang sangat banyak maka inversio uteri yang total dapat menyebabkan renjatan
vasovagal dan memicu terjadinya perdarahan pasca persalinan yang masif akibat
atonia uteri yang menyertainya Inversio Uteri dapat terjadi pada kasus
pertolongan persalinan kala III aktif . khususnya bila dilakukan tarikan
talipusat terkendali pada saat masih belum ada kontraksi uterus dan keadaan ini
termasuk klasifikasi tindakan iatrogenic.
L.
PENATALAKSANAAN
INVERSIO UTERI
Dalam memimpin persalinan harus dijaga kemungkinan timbulnya
inversio uteri. Tarikan pada tali pusat sebelum plasenta benar-benar lepas,
jangan dilakukan dan apabila melakukan prasat Crede harus diperhatikan
syarat-syaratnya. Apabila terdapat inversion uteri dengan gejala-gejala syok,
maka harus diatasi lebih dulu dengan infuse i.v cairan.
90%
kasus inversio uteri disertai dengan perdarahan yang masif dan “life-threatening”.
·
Untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya renjatan vasovagal dan perdarahan maka harus
segera dilakukan tindakan reposisi secepat mungkin.
·
Segera
lakukan tindakan resusitasi
·
Bila
plasenta masih melekat , jangan dilepas oleh karena tindakan ini akan memicu
perdarahan hebat.
M. PENANGANAN
1.
Pencegahan : hati-hati dalam memimpin
persalinan: jangan terlalu mendorong rahim berulang-ulang dan hati-hatilah
dalam menarik tali pusat serta pengeluaran plasenta dengan tangan.
2.
Bila telah terjadi maka lakukan terapi :
v Bila
ada perdarahan atau syok, berikan infuse dan transfuse darah serta perbaikan
perbaikan umum.
v Setelah
itu segera dilakukan reposisi,
v bila
tidak berhasil maka dilakukan tidakan oferatif secara perabdominan atau
pervaginam,
v di
luar rumah sakit dapat dibantu dengan melakuka reposisi ringan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perdarahan hanya terjadi pada plasenta yang sebagian atau
seluruhnya telah lepas dari dinding rahim. Banyak atau sedikitnya perdarahan
tergantung luasnya bagian plasenta yang telah lepas dan dapat timbul
perdarahan. Melalui periksa dalam atau tarikan pada tali pusat dapat diketahui
apakah plasenta sudah lepas atau belum dan bila lebih dari 30 menit maka kita
dapat melakukan plasenta manual.Berdasarkan
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa retensio plasenta
ialah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir, keadaan
ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang
telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera.
Sedangkan Pada inversio uteri menahun, yang di temukan beberapa lama setelah
persalinan, sebaiknya di tunggu berakhirnya involusi kemudian dilakukan
pembedahan pervagina. Menurut dr. Ida Bagus
GdeManuaba, SpOG) Inversio
uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk ke dalam kavum uteri, dapat
secara mendadak atau perlahan. Kejadian ini biasanya disebabkan pada saat
melakukan persalinan plasenta secara Crede,
dengan otot rahim belum berkontraksi dengan baik. Inversio uteri memberikan rasa sakit yang dapat menimbulkan
keadaan syok.
B.
Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat menjadi sumber referensi kepada kita semua khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat.
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat menjadi sumber referensi kepada kita semua khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, G. 1998. Ilmu
Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC.
Wiknjosastro, Hanifa.
2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, S.
2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
0 komentar:
Posting Komentar